MAKALAH
DIMENSI KREATIVITAS DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas
Terstruktur Yang Diwajibkan
Dalam Mengikuti Perkuliahan
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Oleh,
KELOMPOK : 8
LATIFA HANUM (0310182091)
RARA SORAYA (0310182075)
RIZQYA LAYLAN ADHA (0310182087)
SRI HARTATI (0310181026)
TANTRI RADA (0310181016)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TAHUN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam teori mengenai kecerdasan, seorang ahli mengatakan bahwa banyak individu-individu yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi yang menghasilkankarya-karya besar tetapi tidak selalu baru. Berbicara mengenai kecerdasan dankreativitas, kebanyakan orang kreatif memang benar-benar cerdas, tetapi tidaksemua orang cerdas itu kreatif. Hal ini bisa dijadikan contoh bahwa kreativitasturut berperan dalam perkembangan seseorang.Konsep mengenai kreativitas sangatlah beragam. Merujuk beberapa teori ahlidapat dikatakan bahwa kreativitas.
Dalam teori mengenai kecerdasan, seorang ahli mengatakan bahwa banyak individu-individu yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi yang menghasilkankarya-karya besar tetapi tidak selalu baru. Berbicara mengenai kecerdasan dankreativitas, kebanyakan orang kreatif memang benar-benar cerdas, tetapi tidaksemua orang cerdas itu kreatif. Hal ini bisa dijadikan contoh bahwa kreativitasturut berperan dalam perkembangan seseorang.Konsep mengenai kreativitas sangatlah beragam. Merujuk beberapa teori ahlidapat dikatakan bahwa kreativitas.
Berdasarkan penekanannya definisi kreativitas dibedakan ke dalam empat dimensi. Rhodes(1961) menyebutnya “the four p’s of creativity”, yaitu; person, process, productdan press. Guildford (1967) menganalisis faktor dan menemukan lima sifat yangmenjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu; kelancaran (fluency), keluwesan(flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration), dan perumusankembali (redefinition).Terdapat perbedaan antara kecerdasan dan kreativitas.. Perbedaan inimenyangkut pada cara berpikir seseorang.
Kreativitas siswa masih merupakan potensi yang masih harus dikembangkan baik melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan informal. Menurut ahli tersebut, di Indonesia sudah tampak adanya perhatian terhadap masalah itu, tetapi tampaknya belum cukup memadai. Demikian pula pelaksanaannya di sekolah-sekolah masih sangat memprihatinkan. Selama ini masih cukup banyak ditemui hambatan dan kelemahan yang membatasi pertumbuhan dan perkembangan kreativitas para siswa,. Selain itu terkadang orang tua pun dapat menghambat anaknya dalam pengembangan kreativitas. Tujuan yang lebih penting ialah pembentukan sifat kreatifnya. Dalam hal ini para siswa perlu dirangsang dan dipupuk minat dan sikapnya untuk mau melibatkan diri dalam proses kreatif.
Kreativitas siswa masih merupakan potensi yang masih harus dikembangkan baik melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan informal. Menurut ahli tersebut, di Indonesia sudah tampak adanya perhatian terhadap masalah itu, tetapi tampaknya belum cukup memadai. Demikian pula pelaksanaannya di sekolah-sekolah masih sangat memprihatinkan. Selama ini masih cukup banyak ditemui hambatan dan kelemahan yang membatasi pertumbuhan dan perkembangan kreativitas para siswa,. Selain itu terkadang orang tua pun dapat menghambat anaknya dalam pengembangan kreativitas. Tujuan yang lebih penting ialah pembentukan sifat kreatifnya. Dalam hal ini para siswa perlu dirangsang dan dipupuk minat dan sikapnya untuk mau melibatkan diri dalam proses kreatif.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dimensi Kreativas Dalam Psikologi Pendidikan
Pada dasarnya kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Untuk menentukan apakah seseorang itu kreatif atau tidak perlu diadakan identifikasi yang benar. Seperti menurut Shapiro bahwa tanpa ada kejelasan mengenai kriteria kreativitas, suatu kajian kreativitas patut diragukan keabsahannya. Penentuan kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi yaitu dimensi proses, person dan produk kreatif .
Pengertian Dimensi
Menurut KBBI, Dimensi adalah nomina (kata benda) dari di-men-si yaitu ukuran (panjang, lebar, tinggi, luas, dan sebagainya), matra, garis memiliki satu dimensi.
Menurut KBBI, Dimensi adalah nomina (kata benda) dari di-men-si yaitu ukuran (panjang, lebar, tinggi, luas, dan sebagainya), matra, garis memiliki satu dimensi.
Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan suatu hal baru,cara-cara baru, model baru, yang berguna bagi dirinya dan masyarakat.
Hal-hal baru itu tidak selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, unsur-unsurnya bisa saja telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru, konstruk baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Jadi, hal baru itu adalah sesuatu yang bersifat inovatif. Kreativitas memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia. Kreativitas banyak dilandasi oleh kemampuan intelektual, seperti intelegensi bakat dan kecakapan hasil belajar, tetapi juga didukung oleh faktor-faktor afektif dan psikomotor.
Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan suatu hal baru,cara-cara baru, model baru, yang berguna bagi dirinya dan masyarakat.
Hal-hal baru itu tidak selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, unsur-unsurnya bisa saja telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru, konstruk baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Jadi, hal baru itu adalah sesuatu yang bersifat inovatif. Kreativitas memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia. Kreativitas banyak dilandasi oleh kemampuan intelektual, seperti intelegensi bakat dan kecakapan hasil belajar, tetapi juga didukung oleh faktor-faktor afektif dan psikomotor.
Pengertian Kreativitas menurut para ahli lainnya :
1. Barron (1982 : 253)
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru disini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
2. Guilford (1970 : 236)
Kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang kreatif.
3. Utami Munandar (1992 : 41)
Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
4. Rogers (1992 : 48)
Kreativitas adalah proses munculnya hasil-hasil baru dalam suatu tindakan.
5. Drevdahl (Hurlock; 1978 : 3)
Kreativitas adalah kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sentesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
6. Torannce
Kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan.
1. Barron (1982 : 253)
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru disini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
2. Guilford (1970 : 236)
Kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang kreatif.
3. Utami Munandar (1992 : 41)
Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
4. Rogers (1992 : 48)
Kreativitas adalah proses munculnya hasil-hasil baru dalam suatu tindakan.
5. Drevdahl (Hurlock; 1978 : 3)
Kreativitas adalah kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sentesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
6. Torannce
Kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan.
7. Menurut David Campbell Ph.D
Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil dengan kandungan ciri inovatif (belum pernah ada), berguna (lebih praktis, lebih enak, lebih baik,mempermudah, mendorong, memecahkan masalah, dan dapat mengurangi hambatan ) serta dapat dimengerti.
Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil dengan kandungan ciri inovatif (belum pernah ada), berguna (lebih praktis, lebih enak, lebih baik,mempermudah, mendorong, memecahkan masalah, dan dapat mengurangi hambatan ) serta dapat dimengerti.
Dimensi Kreativitas Dalam Psikologi Pendidikan
a). Definisi Kreativitas Dalam Dimensi Person
Orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan orang yang kurang kreatif. Amabile (1983) mengatakan bahwa pengertian person sebagai kriteria kreativitas identik dengan apa yang disebut kepribadian kreatif. Humanistik yang dikenalkan oleh Carl Rogers dan A. Maslow kreatif sebagai satu aspek kepribadian, adanya aktualisasi diri dari potensi-potensi seseorang. Bahwa setiap individu ketika lahir telah memiliki potensi kreatif dan selanjutnya bagaimana usaha individu untuk mendorong tetaktualisasinya potensi kreatif dalam dirinya.
Menurut Guilford kepribadian kreatif meliputi dimensi Kognitif (yaitu bakat) dan dimensi non-kognitif (minat, sikap, dan kualitas temperamental). Karakteristik-karakteristik kepribadian ini menjadi kriteria untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif. Prosedur identifikasi orang-orang kreatif biasanya dilakukan melalui teknik self-report, nominasi dan penilaian oleh teman sebaya, rekan sejawat dengan menggunakan pertimbangan subyektif.
Orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan orang yang kurang kreatif. Amabile (1983) mengatakan bahwa pengertian person sebagai kriteria kreativitas identik dengan apa yang disebut kepribadian kreatif. Humanistik yang dikenalkan oleh Carl Rogers dan A. Maslow kreatif sebagai satu aspek kepribadian, adanya aktualisasi diri dari potensi-potensi seseorang. Bahwa setiap individu ketika lahir telah memiliki potensi kreatif dan selanjutnya bagaimana usaha individu untuk mendorong tetaktualisasinya potensi kreatif dalam dirinya.
Menurut Guilford kepribadian kreatif meliputi dimensi Kognitif (yaitu bakat) dan dimensi non-kognitif (minat, sikap, dan kualitas temperamental). Karakteristik-karakteristik kepribadian ini menjadi kriteria untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif. Prosedur identifikasi orang-orang kreatif biasanya dilakukan melalui teknik self-report, nominasi dan penilaian oleh teman sebaya, rekan sejawat dengan menggunakan pertimbangan subyektif.
b). Definisi Kreativitas Dalam Dimensi Process
Segala produk yang dihasilkan dari proses itu dianggap sebagai produk kreatif dan orangnya disebut sebagai orang kreatif. Menurut konsep kreativitas proses kreatif diartikan bersibuk diri secara kreatif yang menunjukan kelancaran, fleksibilitas (keluwesan, orisinalitas dalam berfikir dan berperilaku). Seperti menurut Wallas bahwa proses berfikir kreatif seseorang sama dengan pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia.
Segala produk yang dihasilkan dari proses itu dianggap sebagai produk kreatif dan orangnya disebut sebagai orang kreatif. Menurut konsep kreativitas proses kreatif diartikan bersibuk diri secara kreatif yang menunjukan kelancaran, fleksibilitas (keluwesan, orisinalitas dalam berfikir dan berperilaku). Seperti menurut Wallas bahwa proses berfikir kreatif seseorang sama dengan pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia.
c). Pengertian Kreativitas Dalam Dimensi Produk
Barron menyatakan bahwa “ kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan / menciptakan sesuatu yang baru “. Begitu pula menurut Haefele ( 1962) “ kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi – kombinasi baru yang mempunyai makna sosial “. Definisi Haefele ini menunjukkan bahwa tidak keseluruhan produk itu harus baru, tetapi kombinasinya. Unsur – unsurnya bisa saja sudah ada lama sebelumnya. Definisi Haefele menekankan pula bahwa suatu produk kreatif tidak hanya harus baru tetapi juga diakui sebagai bermakna.
Barron menyatakan bahwa “ kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan / menciptakan sesuatu yang baru “. Begitu pula menurut Haefele ( 1962) “ kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi – kombinasi baru yang mempunyai makna sosial “. Definisi Haefele ini menunjukkan bahwa tidak keseluruhan produk itu harus baru, tetapi kombinasinya. Unsur – unsurnya bisa saja sudah ada lama sebelumnya. Definisi Haefele menekankan pula bahwa suatu produk kreatif tidak hanya harus baru tetapi juga diakui sebagai bermakna.
d). Pengertian Kreativitas Dalam Dimensi Press
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal (diri sendiri) berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal (dari lingkungan sosial dan psikologis). Definisi Simpson merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai “The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya tehadap perubahan atau perkembangan baru.
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal (diri sendiri) berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal (dari lingkungan sosial dan psikologis). Definisi Simpson merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai “The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya tehadap perubahan atau perkembangan baru.
B. Ciri-Ciri Kreativitas
Ciri-ciri pokok
1. Kelincahan mental
Adalah kemampuan untuk bermain dengan ide, dan kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai arah yang berdasarkan fakta.
2. Fleksibilitas Konseptual
Adalah kemampuan untuk secara spontan mengganti cara memandang, pendekatan, dan kerja yang tak jalan.
3. Orisinalitas
Kemampuan untuk melontarkan ide, gagasan , cara kerja, serta pemecahan masalah yang jarang dilakukan bahkan bisa disebut “mengejutkan”.
Ciri-ciri pokok
1. Kelincahan mental
Adalah kemampuan untuk bermain dengan ide, dan kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai arah yang berdasarkan fakta.
2. Fleksibilitas Konseptual
Adalah kemampuan untuk secara spontan mengganti cara memandang, pendekatan, dan kerja yang tak jalan.
3. Orisinalitas
Kemampuan untuk melontarkan ide, gagasan , cara kerja, serta pemecahan masalah yang jarang dilakukan bahkan bisa disebut “mengejutkan”.
Menurut Slameto ciri-ciri kreativitas yaitu :
Ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan non kognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinilitas, fleksibelitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri non kognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kedua ciri ini sama pentingnnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologi yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun variabel emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif. Mengacu pada beberapa pendapat di atas, indikator kreativitas belajar peserta didik yang direncanakan diteliti dengan indikator sebagai berikut:
a. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
b. Memiliki keterlibatan yang tinggi
c. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan non kognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinilitas, fleksibelitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri non kognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kedua ciri ini sama pentingnnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologi yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun variabel emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif. Mengacu pada beberapa pendapat di atas, indikator kreativitas belajar peserta didik yang direncanakan diteliti dengan indikator sebagai berikut:
a. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
b. Memiliki keterlibatan yang tinggi
c. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
d. Penuh percaya diri atau percaya kepada diri sendiri
e. Memiliki kemandirian yang tinggi
f. Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
Maka seorang guru kreatif hendaknya fleksibel dalam menghadapi peserta didik yang beragam karakteristiknya, tetapi optimis mampu memfasilitasi keseragaman peserta didik agar sukses dalam pembelajaran. Dalam menegakkan disiplin guru kreatifpun cukup responsif, empatik, sehingga bisa menghindari penggunaan kekerasan dalam membimbing peserta didik untuk tertib, maka sikap penuh semangat, komunikatif, dan pemaaf seorang guru kreatif menjadikannya teladan bagi peserta didik.
Beberapa karakteristik atau ciri-ciri utama kreativitas menurut Boden, & Craft adalah:
1. Orisinalitas
Orisinalitas merupakan suatu pemikiran secara intrinsic yang pemikirannya tidak tetap, memiliki perspektif pemikiran baru dalam sudut pandang untuk mengamati suatu persoalan.
2. Kelengkapan (comprehensiveness)
Kelengakapan merupakan cara berpikir yang mampu memberikan analisis pelengka dalan suatu masalah dengan sudut pandang yang berbeda, tingkat yang berbeda, serta mampu membentuk teori-teori yang baru untuk diintegrasikan ke dalam sejumlah elemen pemikiran sebagai proses berfikir untuk mencapai kesimpulan.
3. Perbedaan (divergence)
Perbedaan merupakan cara menyelesaikan masalah dengan lebih dari satu pola pikir penyelesaian dengan kemampuan dalam menyimpulkan beberapa informas dari arah yang berbeda.
e. Memiliki kemandirian yang tinggi
f. Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
Maka seorang guru kreatif hendaknya fleksibel dalam menghadapi peserta didik yang beragam karakteristiknya, tetapi optimis mampu memfasilitasi keseragaman peserta didik agar sukses dalam pembelajaran. Dalam menegakkan disiplin guru kreatifpun cukup responsif, empatik, sehingga bisa menghindari penggunaan kekerasan dalam membimbing peserta didik untuk tertib, maka sikap penuh semangat, komunikatif, dan pemaaf seorang guru kreatif menjadikannya teladan bagi peserta didik.
Beberapa karakteristik atau ciri-ciri utama kreativitas menurut Boden, & Craft adalah:
1. Orisinalitas
Orisinalitas merupakan suatu pemikiran secara intrinsic yang pemikirannya tidak tetap, memiliki perspektif pemikiran baru dalam sudut pandang untuk mengamati suatu persoalan.
2. Kelengkapan (comprehensiveness)
Kelengakapan merupakan cara berpikir yang mampu memberikan analisis pelengka dalan suatu masalah dengan sudut pandang yang berbeda, tingkat yang berbeda, serta mampu membentuk teori-teori yang baru untuk diintegrasikan ke dalam sejumlah elemen pemikiran sebagai proses berfikir untuk mencapai kesimpulan.
3. Perbedaan (divergence)
Perbedaan merupakan cara menyelesaikan masalah dengan lebih dari satu pola pikir penyelesaian dengan kemampuan dalam menyimpulkan beberapa informas dari arah yang berbeda.
C. Fase Perkembangan Kreativitas
Menurut Cropley (1999), terdapat 3 tahap perkembangan kreativitas diantaranya:
1. Tahap prekonvensional (Preconventional phase)
Tahap ini terjadi pada usia 6–8 tahun. Pada tahap ini, individu menunjukkan spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya, yang kemudian mengarah kepada hasil yang aestetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru tanpa memperhatikan aturan dan batasan dari luar.
Tahap ini terjadi pada usia 6–8 tahun. Pada tahap ini, individu menunjukkan spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya, yang kemudian mengarah kepada hasil yang aestetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru tanpa memperhatikan aturan dan batasan dari luar.
2. Tahap konvensional (Conventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 9–12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan menjadi kaku. Selain itu, pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.
Tahap ini berlangsung pada usia 9–12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan menjadi kaku. Selain itu, pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.
3. Tahap poskonvensional (Postconventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah disesuaikan dengan batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai konvensional yang ada di lingkungan.
Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah disesuaikan dengan batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai konvensional yang ada di lingkungan.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas
Mendidik anak merupakan tugas orang tua, dan pendidikan merupakan proses seumur hidup yang berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut Pamilu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas anak adalah sebagai berikut.
Kedekatan emosi
Berkembangnya kreativitas anak sangat bergantung pada kedekatan emosi dari orang tua. Suasana emosi yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan, atau terpisah sangat menghambat perkembangan kreativitas anak.
b. Kebebasan dan respek
Mendidik anak merupakan tugas orang tua, dan pendidikan merupakan proses seumur hidup yang berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut Pamilu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas anak adalah sebagai berikut.
Kedekatan emosi
Berkembangnya kreativitas anak sangat bergantung pada kedekatan emosi dari orang tua. Suasana emosi yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan, atau terpisah sangat menghambat perkembangan kreativitas anak.
b. Kebebasan dan respek
Anak kreatif biasanya memiliki orang tua yang menghormatinya sebagai individu, mempercayai kemampuan yang dimiliki, adanya keunikan, serta memberi kebebasan kepada anak tidak otoriter, tidak selalu mengawasi atau terlalu membatasi kegiatan anak.
c. Menghargai prestasi dan kreativitas
Orang tua anak kreatif biasanya selalu mendorong anaknya untuk selalu berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya yang baik, tidak menekankan pada hasil akan tetapi proses. Spontanitas, kejujuran dan imajinasi dianggap penting bagi perkembangan kreatif anak.9 Berdasar uraian di atas, pengalaman pendidikan yang pertama dan paling utama diperoleh anak adalah di dalam keluarga. Peran orang tua dalam mendidik dikatakan sangat penting, diantaranya adalah memberi kesempatan anak untuk memperoleh pengalaman yang banyak dan beraneka ragam kepada anak. Sikap orang tua kepada anak seperti di atas dapat mempengaruhi bakat dan kreativitas anak.
Orang tua anak kreatif biasanya selalu mendorong anaknya untuk selalu berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya yang baik, tidak menekankan pada hasil akan tetapi proses. Spontanitas, kejujuran dan imajinasi dianggap penting bagi perkembangan kreatif anak.9 Berdasar uraian di atas, pengalaman pendidikan yang pertama dan paling utama diperoleh anak adalah di dalam keluarga. Peran orang tua dalam mendidik dikatakan sangat penting, diantaranya adalah memberi kesempatan anak untuk memperoleh pengalaman yang banyak dan beraneka ragam kepada anak. Sikap orang tua kepada anak seperti di atas dapat mempengaruhi bakat dan kreativitas anak.
Pada dasarnya potensi kreativitas dimiliki oleh setiap anak usia prasekolah merupakan masa paling efektif dalam mengembangkan kreativitas. Semua itu dapat berjalan dengan lancar bila ada faktor-faktor yang menunjukan perkembangan kreativitas. Faktor-faktor yang dapat mendukung perkembangan kreativitas menurut Hurlock (1972, hlm 11) adalah sebagai berikut:
a. Waktu, untuk menjadi kreatif kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya memiliki sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep serta mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal.
b. Kesempatan menyendiri, anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinasinya dengan karya-karya.
a. Waktu, untuk menjadi kreatif kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya memiliki sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep serta mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal.
b. Kesempatan menyendiri, anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinasinya dengan karya-karya.
c. Dorongan, anak harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan kritikan yang sering kali dilontarkan pada saat kreatif.
d. Sarana, sarana berupa alat dan bahan konstruksi perlu disediakan untuk merangsang kreativitas denngan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas.
e. Lingkungan yang menunjang, lingkungan rumah dan sekolah merupakan merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas.
d. Sarana, sarana berupa alat dan bahan konstruksi perlu disediakan untuk merangsang kreativitas denngan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas.
e. Lingkungan yang menunjang, lingkungan rumah dan sekolah merupakan merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas.
f. Hubungan orang tua anak tidak posesif, orang tua yang tidak posesif atau melindungi terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri. Dua kualitas psikologi ini sangat mendukung kreativitas.
g. Cara mendidik anak, mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah dan sekolah meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik otoriter memadamkan kreativitas anak.
h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, kreativitas tidak muncul dalam kehampaan, semakin banyak pengetahuan yang diperoleh oleh anak semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif.
g. Cara mendidik anak, mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah dan sekolah meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik otoriter memadamkan kreativitas anak.
h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, kreativitas tidak muncul dalam kehampaan, semakin banyak pengetahuan yang diperoleh oleh anak semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif.
Setiap orang memiliki tingkat dan bentuk bakat kreatif yang berbeda, hal ini tergantung dari bagaimana setiap orang membentuk dan mengembangkan bakat kreatif yang dimiliki. Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009) menjelaskan dua hal terkait yang dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas, sebagai berikut:
a. Faktor internal, hal ini berasal dari individu yang terkait. Faktor internal membentuk susunan atau ide baru yang didasarkan pada hal-hal yang sudah sebelumnya, hal ini hasil dari seseorang dalam mengembangkan maupun mengeksplorasi beberapa bagian, bentuk maupun konsep. Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009) dikatakan bahwa setiap individu memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk dapat berkreativitas, menggapai potensi yang dimiliki, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi utama bagi individu dalam mengembangkan kreativitas ketika individu membentuk hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (rogers, dalam Munandar, 2009). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Munandar yang menyatakan bahwa seseorang akan dapat mewujudkan keinginan harus memiliki motivasi intrinsik , selain didukung oleh dorongan, perhatian atau dukungan, serta pelatihan dari lingkungan.
b. Faktor eksternal, merupakan faktor yang berasal dari luar individu yang terkait dengan aspek-aspek keamanan serta kebebasan psikologis, selain itu pandangan serta minat dari setiap individu pun memiliki cara pandang yang berbeda. Faktor eksternal ini juga terkait dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu hal baru seperti eksperimen dan kegiatan positif lainnya, guna mengembangkan aspek koginitif seseorang dan menumbuhkembangkan inisiatif, selain hal ini juga terkait dengan penerimaan dan penghargaan pada setiap individu. Munandar ( 2009) menyatakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu diantaranya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Lingkungan keluarga merupakan sumber utama pengembangan kreativitas individu. Selain itu, dalam meningkatkan dan menumbuhkan kreativitas individu dimulai dari jenjang pra sekolah hingga ke perguruan tinggi.
Kemudian peran lingkungan masyarakat bagi lingkungan individu ialah kebuadayaan-kebudayaan yang terdapat didalamnya, karena hal ini juga ikut serta dalam perkembangan kreativitas seseorang.
Lingkungan keluarga merupakan sumber utama pengembangan kreativitas individu. Selain itu, dalam meningkatkan dan menumbuhkan kreativitas individu dimulai dari jenjang pra sekolah hingga ke perguruan tinggi.
Kemudian peran lingkungan masyarakat bagi lingkungan individu ialah kebuadayaan-kebudayaan yang terdapat didalamnya, karena hal ini juga ikut serta dalam perkembangan kreativitas seseorang.
Hurlock (2005) mengatakan bahwa secara umum terdapat faktor-faktor penentu yang dapat pula mempengaruhi kreativitas, yaitu:
1. Jenis Kelamin
Hasil penelitin terdahulu menyatakan bahwa laki-laki akan lebih cenderung kreatif dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini terjadi karena perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan dan perempuan.
Anak laki-laki cenderung lebih berani mengambil resiko dibandingkan dengan anak perempuan yang cenderung lebih berfikir dua kali dalam bertindak. Selain itu, anak laki-laki akan lebih diberikan waktu mandiri dalam mengeksplorasi kreativitas.
1. Jenis Kelamin
Hasil penelitin terdahulu menyatakan bahwa laki-laki akan lebih cenderung kreatif dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini terjadi karena perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan dan perempuan.
Anak laki-laki cenderung lebih berani mengambil resiko dibandingkan dengan anak perempuan yang cenderung lebih berfikir dua kali dalam bertindak. Selain itu, anak laki-laki akan lebih diberikan waktu mandiri dalam mengeksplorasi kreativitas.
2. Kondisi sosial ekonomi
Anak dengan kondisi sosial ekonomi tinggi akan cenderung lebih kreatif dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi lemah. Hal ini dikarenakan anak dengan kondisi sosial ekonomi tinggi cara mendidik terhadap anak akan lebih demokratis, dibandingkan dengan ekonomi lemah. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang kereativitas pada anak.
Anak dengan kondisi sosial ekonomi tinggi akan cenderung lebih kreatif dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi lemah. Hal ini dikarenakan anak dengan kondisi sosial ekonomi tinggi cara mendidik terhadap anak akan lebih demokratis, dibandingkan dengan ekonomi lemah. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang kereativitas pada anak.
3. Ukuran keluarga
Anak yang berasal dari keluarga kecil akan memiliki kecenderungan yang lebih dalam hal kreatvitasnya, dibandingkan dengan keluarga yang memiliki anggota keluarga lebih banyak. Keluarga yang berjumlah besar akan memiliki pola asuh otoriter, sehingga hal ini berpengaruh dalam perkembangan kreativitas anak.
Anak yang berasal dari keluarga kecil akan memiliki kecenderungan yang lebih dalam hal kreatvitasnya, dibandingkan dengan keluarga yang memiliki anggota keluarga lebih banyak. Keluarga yang berjumlah besar akan memiliki pola asuh otoriter, sehingga hal ini berpengaruh dalam perkembangan kreativitas anak.
4. Lingkungan kota dan desa
Anak yang tinggal di lingkungan desa akan lebih rendah dalam hal kreativitasya jika dibandingkan dengan anak yang tinggal di kota. Karena di pedesaan pada umumnya memiliki pola asuh otoriter, hal ini dapat sedikit menghambat kreativitas pada anak.
Anak yang tinggal di lingkungan desa akan lebih rendah dalam hal kreativitasya jika dibandingkan dengan anak yang tinggal di kota. Karena di pedesaan pada umumnya memiliki pola asuh otoriter, hal ini dapat sedikit menghambat kreativitas pada anak.
5. Intelegensi
Anak yang memiliki intelegensi tinggi akan cenderung lebih kreatif jika dibandingkan dengan anak yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata. Hal ini dikarenakan anak dengan kemampuan intelegensi tinggi lebih akan mampu membentuk gagasan baru pada berbagai situasi sosial serta penyelesaian konflik.
Anak yang memiliki intelegensi tinggi akan cenderung lebih kreatif jika dibandingkan dengan anak yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata. Hal ini dikarenakan anak dengan kemampuan intelegensi tinggi lebih akan mampu membentuk gagasan baru pada berbagai situasi sosial serta penyelesaian konflik.
E. Cara Mengukur Kreativitas
Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung dan tidak langsung, dan dapat menggunakan metode tes dan non- tes. Ada pula alat untuk mengukur cirri-ciri kepribadian kreatif, dan dapat dilakukan pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif. Sesuai dengan definisi USOE (U. S Office of Education) yang membedakan enam jenis bakat dikembangkan alat identifikasi untuk masing-masing bidang tertentu.
Untuk mengukur kemampuan intelektual umum, tes individual lebih cermat, tetapi lebih banyak memakan waktu dan biaya. Yang sudah dugunakan di Indonesia adalah tes Stanford-Binet dan Wechsler intelligence Scale for Children. Tes inteligensi kelompok lebih efisien dalam ukuran waktu dan biaya. Keterbatasannya adalah kita tidak tahu apakah prestasi anak sudah optimal. Di Indonesiayang sudah banyak digunakan adalah tes Progressive Matrices, Culture-Fair Intelligence Test dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia yang khusus dikontruksi untuk Indonesia.
Tes Potensi Akademik (TPA) yang khusus dirancang untuk Indosnesia, dapat digunakan untuk mengukur bakat akademik, misalnya sejah mana seseorang mampu mengikuti pendidikan tersier.
Tes untuk mengukur bakat kepemimpinan belum banyak digunakan di Indonesia, demikian pula tes untuk mengukur bakat dalam salah satu bidang seni atau bakat psikomotorik. Tes luar negeriyang mengukut kreativitas adalah tes dari Guilford yang mengukur kemampuan berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan kerncian dalam berpikir.
Tes Torrance untuk mengukur berpikir kreatif (Torrance Test of Creative Thinking) dapat digunakan mulai usia prasekolah sampai tamat sekolah menengah, mempunyai bentuk verbal dan figural. Tes ini telah digunakan di Indonesia untuk tujuan peneltian. Tes lainnya untuk mengukur berpikir kreatif dan termasuk baru ialah Tes Berpikir Kreatif-Produksi Menggambar (TRest forCreative Thinking-Drawing Production) dari Jellen dan Urban (1985). Penilaiannya mencakup sembilan dimensi.
Tes yang khusus di konstruksi di Indonesia ialah Tes Kreativitas Verbal (Utami Munandar,1977). Tes ini disusun berdasarkan model Struktur Intelekdari Guilford, dengan dimensi operasi berpikir divergen, dimensi konten, dimensi berpikir verbal, dan berbeda dalam dimensi produk. Untuk setiap kategori produk ada satu sub-tes. Ada enam sub-tes, yaitu permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifatyang sama, macam-macam penggunaan, dan apa akibatnya. Setiap sub-tes terdiri dari empat butir. Pada bentuk parallel (ada dua bentuk) hanya dua butir. Tes ini seperti tes Guilford mengukur kelancara, kelenturan, orisionalitas, dan elaborasi dalam berpikir. Tahun 1986 telah dilakukan penelitian pembakuan TKVyang menghasilkan nilai baku untuk umur 10 – 18 tahun, dan pengukuran “Creative Questient”.
Tes Kreativitas Figural diadaptasi dari Torrance “Circles Test”, dan dibukukan untuk umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. TKF kecuali mengukur aspek kreativitas tersebut di muka, juga mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan.
Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung dan tidak langsung, dan dapat menggunakan metode tes dan non- tes. Ada pula alat untuk mengukur cirri-ciri kepribadian kreatif, dan dapat dilakukan pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif. Sesuai dengan definisi USOE (U. S Office of Education) yang membedakan enam jenis bakat dikembangkan alat identifikasi untuk masing-masing bidang tertentu.
Untuk mengukur kemampuan intelektual umum, tes individual lebih cermat, tetapi lebih banyak memakan waktu dan biaya. Yang sudah dugunakan di Indonesia adalah tes Stanford-Binet dan Wechsler intelligence Scale for Children. Tes inteligensi kelompok lebih efisien dalam ukuran waktu dan biaya. Keterbatasannya adalah kita tidak tahu apakah prestasi anak sudah optimal. Di Indonesiayang sudah banyak digunakan adalah tes Progressive Matrices, Culture-Fair Intelligence Test dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia yang khusus dikontruksi untuk Indonesia.
Tes Potensi Akademik (TPA) yang khusus dirancang untuk Indosnesia, dapat digunakan untuk mengukur bakat akademik, misalnya sejah mana seseorang mampu mengikuti pendidikan tersier.
Tes untuk mengukur bakat kepemimpinan belum banyak digunakan di Indonesia, demikian pula tes untuk mengukur bakat dalam salah satu bidang seni atau bakat psikomotorik. Tes luar negeriyang mengukut kreativitas adalah tes dari Guilford yang mengukur kemampuan berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan kerncian dalam berpikir.
Tes Torrance untuk mengukur berpikir kreatif (Torrance Test of Creative Thinking) dapat digunakan mulai usia prasekolah sampai tamat sekolah menengah, mempunyai bentuk verbal dan figural. Tes ini telah digunakan di Indonesia untuk tujuan peneltian. Tes lainnya untuk mengukur berpikir kreatif dan termasuk baru ialah Tes Berpikir Kreatif-Produksi Menggambar (TRest forCreative Thinking-Drawing Production) dari Jellen dan Urban (1985). Penilaiannya mencakup sembilan dimensi.
Tes yang khusus di konstruksi di Indonesia ialah Tes Kreativitas Verbal (Utami Munandar,1977). Tes ini disusun berdasarkan model Struktur Intelekdari Guilford, dengan dimensi operasi berpikir divergen, dimensi konten, dimensi berpikir verbal, dan berbeda dalam dimensi produk. Untuk setiap kategori produk ada satu sub-tes. Ada enam sub-tes, yaitu permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifatyang sama, macam-macam penggunaan, dan apa akibatnya. Setiap sub-tes terdiri dari empat butir. Pada bentuk parallel (ada dua bentuk) hanya dua butir. Tes ini seperti tes Guilford mengukur kelancara, kelenturan, orisionalitas, dan elaborasi dalam berpikir. Tahun 1986 telah dilakukan penelitian pembakuan TKVyang menghasilkan nilai baku untuk umur 10 – 18 tahun, dan pengukuran “Creative Questient”.
Tes Kreativitas Figural diadaptasi dari Torrance “Circles Test”, dan dibukukan untuk umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. TKF kecuali mengukur aspek kreativitas tersebut di muka, juga mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan.
F. Macam-macam Pengukuran Kreativitas
Pengukuran Kreatifitas Berfikir
Guilford merupakan salah seorang ahli yang berusaha mengembangkan instrumen yang diperlukan untuk mengukur kreativitas berpikir. Temuan baru Guilford merupakan kemajuan penting dalam psikologi dan pendidikan di mana kreativitas berpikir dapat diukur dan memungkinkan dihubungkan dengan gejala-gejala kejiwaan lainnya. Terdapat dua hal yang dapat disimpulkan dari instumen kreativitas berpikir yang dikembangkan oleh Guilford.
Peserta didorong untuk memberikan penampilan maksimum dalam menjawab butir-butir instrumen. Oleh karenanya, instrumen yang dipakai untuk mengukur kreativitas berpikir merupakan instrumen jenis tes yang dikenal dengan tes kreativitas berpikir. Peserta tes tidak memberikan respons atas alternatif yang sudah disediakan, tapi harus memproduksi sendiri jawaban atas persoalan yang diajukan. Oleh karenanya, Guilford menyebut kreativitas berpikir dengan kemampuan memproduksi secara divergen (divergent production abilities).
Tes kreativitas berpikir mengacu kepada model struktur intelektual Guilford. Dari segi operasi, tes kreativitas berpikir mengukur kemampuan berpikir divergen. Dari segi konten, proses berpikir divergen mengolah bahan berupa figural dan simbol. Sedang dari segi produk, proses berpikir divergen yang mengolah bahan berupa figural dan simbol akan menghasilkan produk berupa unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi. Adapun butir-butir tes kreativitas berpikir itu adalah sebagai berikut :
Dari bangun berikut buatlah sebanyak mungkin gambar nyata ! (waktu Anda 1 menit).
Buatlah sebanyak mungkin kata dengan huruf awal L dan huruf akhir N! (waktu Anda 1 menit).
Buatlah sebanyak mungkin gambar dengan mengkombinasikan bangun berikut! (waktu Anda 1 menit).
Pengukuran Kreativitas Untuk Anak Sekolah
Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl. Psych., untuk menjadi individu kreatif, dibutuhkan kemampuan berpikir yang mengalir lancar, bebas, dan ide yang orisinal yang didapat dari alam pikirannya sendiri. Berpikir kreatif juga menuntut yang bersangkutan memiliki banyak gagasan. Agar anak bisa berpikir kreatif, ia haruslah bisa bersikap terbuka dan fleksibel dalam mengemukakan gagasan. Makin banyak ide yang dicetuskannya menandakan makin kreatif si anak.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kreativitas seorang anak, pakar pendidikan ini berupaya mengembangkan Tes Kreativitas Verbal dan Figural. Tes kreativitas verbal dilakukan pada anak berusia minimal 10 tahun karena dianggap sudah lancar menulis dan kemampuan berbahasanya pun sudah berkembang. Sedangkan tes kreativitas figural dilakukan terhadap anak mulai usia 5 tahun.
Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl. Psych., untuk menjadi individu kreatif, dibutuhkan kemampuan berpikir yang mengalir lancar, bebas, dan ide yang orisinal yang didapat dari alam pikirannya sendiri. Berpikir kreatif juga menuntut yang bersangkutan memiliki banyak gagasan. Agar anak bisa berpikir kreatif, ia haruslah bisa bersikap terbuka dan fleksibel dalam mengemukakan gagasan. Makin banyak ide yang dicetuskannya menandakan makin kreatif si anak.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kreativitas seorang anak, pakar pendidikan ini berupaya mengembangkan Tes Kreativitas Verbal dan Figural. Tes kreativitas verbal dilakukan pada anak berusia minimal 10 tahun karena dianggap sudah lancar menulis dan kemampuan berbahasanya pun sudah berkembang. Sedangkan tes kreativitas figural dilakukan terhadap anak mulai usia 5 tahun.
G. Upaya Membantu Perkembangan Kreativitas dan Implikasinya di pendidikan
Kekreatifitas anak memerlukan perhatian khusus sejak dini, jika tidak maka kreatifias yang dimiliki anak tersebut tidak dapat digunakan sebaik-baiknya atau sia-sia. Anak harusnya medapatkan bimbingan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kelemahan pendidikan selama ini menurut Gowan adalah kurangnya perhatian terhadap pengembangan fungi belahan otak kanan. Oleh karena itu, sistem pendidikan hendakna memperhatikan kurikulum yang akan diolah menjadi materi yang dapat dikembalikan kepada fungsi-fungsi pengembangan dari kedua belah otak anak tersebut yang apabila hanya diekankan pada satu belahan otak saja, maka otak tidak akan bisa bekerja secara maksimal .
Untuk membuat relasi dengan anak kreatif tersebut, maka Torrance menamakan relasi tersebut sebagai creative relationship yang memiliki karakterisktik sebagai berikut :
1. Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak
2. Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan
3. Pembimbing lebih menekankan pada proses daripada hasil sehingga pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.
4. Pembimbing berusaha menciptakan lingkungan yang bersahabat, bebas dari ancaman, dan suasana saling menghargai
5. Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan mencai kesalahan anak
6. Pembimbing berusaha menempatkan aspek berpikir dan perasaan secara seimbang dalam proses bimbingan.
Kekreatifitas anak memerlukan perhatian khusus sejak dini, jika tidak maka kreatifias yang dimiliki anak tersebut tidak dapat digunakan sebaik-baiknya atau sia-sia. Anak harusnya medapatkan bimbingan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kelemahan pendidikan selama ini menurut Gowan adalah kurangnya perhatian terhadap pengembangan fungi belahan otak kanan. Oleh karena itu, sistem pendidikan hendakna memperhatikan kurikulum yang akan diolah menjadi materi yang dapat dikembalikan kepada fungsi-fungsi pengembangan dari kedua belah otak anak tersebut yang apabila hanya diekankan pada satu belahan otak saja, maka otak tidak akan bisa bekerja secara maksimal .
Untuk membuat relasi dengan anak kreatif tersebut, maka Torrance menamakan relasi tersebut sebagai creative relationship yang memiliki karakterisktik sebagai berikut :
1. Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak
2. Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan
3. Pembimbing lebih menekankan pada proses daripada hasil sehingga pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.
4. Pembimbing berusaha menciptakan lingkungan yang bersahabat, bebas dari ancaman, dan suasana saling menghargai
5. Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan mencai kesalahan anak
6. Pembimbing berusaha menempatkan aspek berpikir dan perasaan secara seimbang dalam proses bimbingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar